Dominasi Austronesia
The biblical flood really did occur –
at the end of the last Ice Age. The Flood drowned for ever the huge
continetal shelf of Southeast Asia, and caused a population dispersal
which fertilized the Neolithic cultures of China, India, Mesopotamia,
Egypt and the eastern Mediterranean, thus creating the first
civilizations. The Polynesians did not come from China but from the
islands of Southeast Asia. The domestication of rice was not in China
but in the Malay Peninsula, 9,000 years ago. In this ground breaking new
book Stephen Oppenheimer reveals how evidence from oceanography,
archaeology, linguistics, genetics and folklore overwhelmingly suggests
that the lost ‘Eden’ – the cradle of civilization – was not in the
Middle East, as is usually supposed, but in the drowned continent of
Southeast Asia. ( Stephen Oppenheimer)
Menurut Umar Anggara Jenny, Austronesia
sebagai rumpun bahasa merupakan sebuah fenomena besar dalam sejarah
manusia. Rumpun ini memiliki sebaran yang paling luas, mencakup lebih
dari 1.200 bahasa yang tersebar dari Madagaskar di barat hingga Pulau
Paskah di Timur. Bahasa tersebut kini dituturkan oleh lebih dari 300
juta orang.
”Pertanyaannya dari mana asal-usul
mereka? Mengapa sebarannya begitu meluas dan cepat yakni dalam 3500-5000
tahun yang lalu. Bagaimana cara adaptasinya sehingga memiliki keragaman
budaya yang tinggi,” tutur Umar.
Salah satu teori, menurut Harry Truman,
mengatakan penutur bahasa Austronesia berasal dari Sunda Land yang
tenggelam di akhir zaman es. Populasi yang sudah maju,
proto-Austronesia, menyebar hingga ke Asia daratan hingga ke
Mesopotamia, mempengaruhi penduduk lokal dan mengembangkan peradaban.
Konteks Indonesia secara Filosofis dan Spiritual
Secara filosofis dan historis, apa yang telah dirumuskan oleh para Founding Fathers Republik
Indonesia menjadi Panca Sila, apakah secara langsung atau tidak,
mungkin terinspirasi atau ada kemiripan (paralelisme) dengan konsep
Plato tentang “Negara Ideal” yang tertulis dalam karyanya “Republic”.
Konsep Plato tentang sistem kepemimpinan masyarakat dan siapa yang
berhak memimpin bangsa, bukanlah berdasarkan sistem demokrasi
formal-prosedural yang liberal ala demokrasi Barat (Amerika) saat ini.
Secara sederhana konsep kepemimpinan Platonis adalah “King Philosopher” atau “Philospher King”. Konsep ini Plato dapatkan dari kisah tentang sistem pemerintahan dan negara Atlantis.
Menurut Plato suatu bangsa hanyalah akan
selamat hanya bila dipimpin oleh orang yang dipimpin oleh “kepala”-nya
(oleh akal sehat, ilmu pengetahuan dan hati nuraninya), dan bukan oleh
orang yang dipimpin oleh “otot dan dada” (arogansi), bukan pula oleh
“perut” (keserakahan), atau oleh “apa yang ada di bawah perut” (hawa
nafsu).
Hanya para filosof, yang dipimpin oleh kepalanya, yaitu para pecinta kebenaran dan kebijaksanaan-lah yang dapat memimpin dengan selamat, dan bukan pula para sophis (para intelektual pelacur, demagog) seperti orang kaya yang serakah (tipe Qarun, “manusia perut” zaman Nabi Musa), atau tipe Bal’am (ulama-intelektual-penyihir yang melacurkan ilmunya kepada tiran Fir’aun).
Plato membagi jenis karakter manusia menjadi 3: “manusia kepala” (para filosofof-cendikiawan-arif bijaksana), “manusia otot dan dada” (militer), dan “manusia perut” (para pedagang, bisnisman-konglomerat). Negara akan hancur dan kacau bila diserahkan kepemimpinannya kepada “manusia otot-dada” atau “manusia perut”, menurut Plato.
Hanya para filosof, yang dipimpin oleh kepalanya, yaitu para pecinta kebenaran dan kebijaksanaan-lah yang dapat memimpin dengan selamat, dan bukan pula para sophis (para intelektual pelacur, demagog) seperti orang kaya yang serakah (tipe Qarun, “manusia perut” zaman Nabi Musa), atau tipe Bal’am (ulama-intelektual-penyihir yang melacurkan ilmunya kepada tiran Fir’aun).
Plato membagi jenis karakter manusia menjadi 3: “manusia kepala” (para filosofof-cendikiawan-arif bijaksana), “manusia otot dan dada” (militer), dan “manusia perut” (para pedagang, bisnisman-konglomerat). Negara akan hancur dan kacau bila diserahkan kepemimpinannya kepada “manusia otot-dada” atau “manusia perut”, menurut Plato.
Dr. Jalaluddin Rakhmat menjelaskan dalam konteks terminologi agama mutakhir: Islam, istilahPhilosophia atau Sapientia, era Yunani itu identik dengan terminologi Hikmah dalam al-Qur’an. Istilah Hikmah terkait dengan Hukum
(hukum-hukum Tuhan Allah SWT yang tertuang dalam Kitab-Kitab Suci para
Nabi dan para Rasul Allah, utamanya Al-Qur’an al-Karim, dan Sunnah
Rasulullah terakhir Muhammad SAW, yang telah merangkum dan melengkapi
serta menyempurnakan ajaran dan hukum rangkaian para nabi dan rasul
Allah sebelumnya. Hukum yang berdasarkan dan bergandengan dengan Hikmah, bila ditegakkan oleh para Hakim dalam sebuah sistem Hukumah
(pemerintahan) inilah yang akan benar-benar dapat merealisasikan
prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah-kebijaksanaan
dalam permusyawaratan-perwakilan, serta Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Maka semakin jelaslah mengapa konsep
kepemimpinan berdasarkan Panca Sila itu terkait erat dengan konsep
kepemimpinan negara versi Plato, kerana ia mengambilnya dari peradaban
tertua yang luhur dari peradaban umat manusia pertama (Adam As dan
keturunannya) yang mendapat hidayah dan ilmu langsung dari Tuhan YME:
Allah SWT. Dan entah benar atau tidak, lokasinya adalah di Nusantara
(Asia Tenggara).
Surga Atlantis, Yunani dan Indonesia
Plato mendapatkan ilham filsafat
politiknya serta informasi tentang peradaban dan perikehidupan bangsa
antik yang luhur Atlantis, dari Socrates gurunya, juga dari jalur
kakeknya yang bernama Critias. Di mana Critias mendapatkan berita
tentang Atlantis dari Solon yang mendapatkannya dari para pendeta
(ruhaniawan) di Mesir kuno.
Menurut
penelitian Aryso Santos, para pendeta (rohaniwan) Mesir kuno ini,
mewarisi informasi tentang Atlantis ini dari para leluhurnya yang
berasal dari Hindustan (India yang merupakan peradaban Atlantis ke-2)
dari peradaban bangsa Atlantis pertama di Sunda Land (Lemuria) atau
Nusantara. Aryso Santos juga menemukan banyak informasi-informasi yang
mengarahkan kesimpulannya dari artefak-artefak dan situs bersejarah di
Mesir.
Aryso Santos juga menemukan bahwa cerita
tentang Atlantis terkait dengan kisah para “dewa’ dalam mitologi Yunani
dan perikedupan manusia pertama, keluarganya dan masyarakat
keturunannya,. Cerita ini ada kemiripan dengan kisah Zeus dalam mitology
dan legenda Yunani, juga dengan kisah dalam kitab suci Hindu Rig Veda, Puranas, dll. “All
nations, of all times, believed in the existence of a Primordial
Paradise where Man originated and developed the fist civilization ever.
This story, real and true, is told in the Bible and in Hindu Holy Books
such a the Rig Veda, the Puranas and
many others. That this Paradise lay “towards the Orient” no one doubts,
excepting some die-hard scientists who stolidly hold that the different
civilizations developed independently from each other even in such
unlikely, late places such as Europe, the Americas or the middle of the
Atlantic Ocean. This, despite the very considerable contrary evidence
that has developed from essentially all fields of the human sciences,
particularly the anthropological ones. It is mainly on those that we
base our arguments in favor of the reality of a pristine source of human
civilization traditionally called Atlantis or Eden, etc.” tulis Aryso Santos.
Yang cukup mengejutkan adalah bahwa
Peradaban kuno Atlantis, yang kemungkinan adalah peradaban pertama umat
manusia, justru sudah beradab (civilized) dan punya kemampuan sains dan
teknologi, dan sistem kemasyarakatan dan ketatanegaraan ideal yang cukup
maju yang tak terbayangkan oleh kita sekarang itu dapat terjadi 11.600
tahun yang lalu. Dari sudut pandang umat Islam, hal ini tidaklah
mengherankan, kerana Nabi Adam, sebagai manusia (kalifatullah) pertama
telah diajari Allah semua ilmu pengetahuan tentang nama-nama (QS 2 : 30)
Sebuah bangsa kepulauan, yang menurut
anggapan Plato berlokasi di tengah Samudra Atlantik, dihuni oleh suatu
ras manusia yang mulia dan sangat kuat (noble and powerfull).
Rakyat tanah air tersebut sangat makmur sejahtera yang sangat bersyukur
atas segala kurnia sumber daya alam yang diketemukan di seantero
kepulauan mereka. Kepulauan itu adalah sebuah pusat perdagangan dan
kegiatan komersial. Pemerintahan negeri itu memperjalankan para
penduduknya untuk memperdagankan hasil buminya sampai ke Afrika dan
Eropah.
sumber :http://ahmadsamantho.wordpress.com/2009/05/23/misteri-negara-atlantis-mulai-tersingkap/
sumber :http://ahmadsamantho.wordpress.com/2009/05/23/misteri-negara-atlantis-mulai-tersingkap/
0 comments:
Catat Ulasan