Negara Atlantis.
Pada puncak tengah bukit, untuk
menghormati Poseidon, sebuah bangunan candi, kuil atau istana dibangun
yang menempatkan sebuah patung emas raksasa dari Poseidon yang
mengendarai sebuat kereta yang ditarik kuda terbang. Di sinilah para
penguasa Atlantis biasa mendiskusikan hukum, menentapkan keputusan dan
memberi penghormatan kepada Poseidon.
Untuk memfasilitasi perjalanan dan
perdagangan, sebuah kanal (saluran) air dibuat memotong cincin-cincin
kanal air yang melingkari wilayah, sehingga terbentuk jalan air
sepanjang 9 km ke arah selatan menuju laut.
Kota Atlantis menduduki tempat pada
wilayah luar lingkaran cincin air, menyebar di sepanjang dataran
melingkar sepanjang 17 km. Inilah tempat yang padat penduduk di mana
mayoritas pendudukanya tinggal.
Di
belakang kota terhampar seuatu lahan subur sepanjang 530 km dan selebar
190 km yang dikitari oleh kanal air lain yang digunakan untuk
memngumpulkan air dari sungai-sungai dan aliran air pengunungan.
Iklimnya memungkinkan mereka dapat 2 kali panenan dalam setahun. Pada
saat musim penghujan, lahan disirami air hujan dan pada musim
panas/kemarau, lahan diairi irigasi dari kanal-kanal air.
Mengitari dataran di sebelah utaranya ada
pengunungan yang menjulang tinggi ke langit. Pedesaaan, danau-danau dan
sungai dan meadow menandai titik-titik pengunungan.
Disamping hasil panenan, kepulauan besar
tersebut menyediakan semua jenis tanaman herbal, buah-buahan dan
kacang-kacangan, dan sejumlah hewan termasuk gajah, yang memenuhi
kepulauan.
Dari
generasi ke genarasi orang-orang Atlantean hidup dengan sederhana,
hidup penuh dengan kebaikan. Namun lambat-laun meerka mulai berubah.
Keserakahan dan kekuasaan mulai mengkorupsi mereka. Ketika Maha Dewa
Zeus melihat ketidakdapatmatian (immortality) para penduduk Atlantis,
maka Dia mengumpulkan para dewa lainnya untuk menentukan sebuah hukuman
yang layak bagi mereka.
Segera, dalam sebuah bencana besar mereka lenyap. Kepulauan Atlantis, penduduknya, dan ingatan-ingatanya musnah tersapu lautan.
Ringkasan cerita yang dikisahkan Plato ini sekitar tahun 360 SM dalam dialognya Timaeus and Critias.
Karya tulis Plato ini adalah satu-satunya referensi yang diketahui
mengenai Atlantis. Ini telah menimbulkan kontroversi dan perdebatan
lebih dari 2 ribu tahun lamanya.
Replika Situs Atlantis telah diketemukan di Sumatra ?
Beberapa orang yang penulis temukan
secara tak sengaja, antara Maret-Mei tahun ini telah mengaku menemukan
jejak-jejak situs yang diduga kemungkinan besar adalah replika situs
Atlantis. Menurut pengakuan mereka, mereka terdorong oleh ilham dan
mimpi serta cerita-cerita tambo, mitos dan legenda yang diwarisi dari
leluhur mereka tentang cerita istana Dhamna yang hilang di tengah pulau
Sumatra, di sekitar perbatasan Propinsi Sumatra Barat, Jambi dan Riau.
Sekitar
6 bulan mereka melakukan riset dan ekspedisi ke lokasi, dengan
partisipasi seorang arkeolog dan panduan beberapa tokoh masyarakat adat
setempat mereka menemukannya di tengah bukit dan hutan yang sukar
dijangkau manusia. Di tempat yang sekarang dikenal sebagai Lubuk Jambi
itu konon telah diketemukan oleh masyarakat setempat berbagai artefak
dan sisa bangunan peninggalan kerajaan Kandis, yang diduga Atlantis itu
di dekat sungai Kuantan Singgigi. Beberapa foto dirimkan oleh mereka
kepada penulis sebagai bukti hasil ekspedisi mereka. Namun demikian,
menurut mereka, tempat tersebut dijaga dan dipelihara, selain oleh
masyarakat adat setempat juga oleh kekuatan makluk supra natural
tertentu yang menjaganya ribuan tahun. Bahkan menurut mereka, jarum
kompas yang mereka bawa ke tempat itu pun tidak bisa berfungsi lagi,
karena pengaruh kutub magnetis bumi pun menjadi hilang di sana. Salah
satu dari tim ekspedisi itu mengaku melihat dan merasakan kehadiran
semacam siluman macan/harimau yang menjaga tempat itu. Wallahu ‘alam bi
shawab.
Lebih lanjut silahkan baca makalah pimpinan team ekspedisi Kandis itu di : http://ahmadsamantho.wordpress.com/2009/06/22/kerajaan-kandis-“atlantis-nusantara”/
Namun
terlepas dari benar tidaknya pengakuan mereka, ada juga beberapa pihak
yang mengaitkan diketemukannya bukti-bukti situs Atlantis sebagai
peradaban umat manusia pertama dengan sejarah kehidupan Nabi Adam As dan
anak-cucu keturunannya, dengan prediksi kebangkitan kembali agama-agama
dan spiritualisme dunia menjelang akhir zaman. Ini konon terhubung
dengan persiapan kedatangan Imam Mahdi dan mesianisme kebangkitan
kembali Nabi Isa al-Masih, sebelum kiamat tiba.
Inilah yang mungkin masih menjadi
pertanyaan tersirat ES Ito yang menulis novel Negara Kelima.
Bagaimanakah revolusi menuju negara ke lima itu mendapatkan jalannya?
Nusantara,
Indonesia sekarang, menurut Tato Sugiarto, telah dipersiapkan Tuhan YME
sebagai negeri tempat persemaian dan tumbuh kembangnya kearifan ilahiah
dan shopia perennialis yang berevolusi melalui berbagai agama
dunia dan kearifan-kearifan lokal nusantara, yang merefleksikan falsafah
Bhineka Tunggal Ika. Menurut pria kelahiran 1937, mantan tea taster
dan market analisis PT perkebunan I – IX Sumatara Utara – Aceh, walau
terjadi paradoks –di balik krisis lingklungan seiring dengan krisis
peradaban global, mengutip Alvin Tofler, terjadi pula gejala-gejala
kebangkitan agama-agama, yang paralel dengan kebangkitan spiritualisme
menurut John Naisbit. Ini menutut Tato, adalah pertanda masa transisi
proses kebangkitan umat manusia menyosong tranformasi menuju
“Kebangkitan Peradaban Mondial Millenium Ketiga”.
Gejala
ini juga terlihat jelas di kawasan Nusantara ini, dan pesan-pesannya
pun dipahami para ahli makrifat yang waskita. Walau fenomena ini tampil
paradoksal, namun sesungguhnya bersifat komplementer, merupakan survival instinct manusia. Ini merupakan peringatan dini dalam mengatisipasi apocaliptic threats yang akan hadir di masa datang. Prophetic intelegence yang relevan dengan itu berabad-abad yang lampau sebenarnya telah diisyaratkan dalam Injil dan al-Qur’an sebagai nubuat
(ramalan) Kebangkitan Isa al-Masih (QS 3: 55, QS 19:33) ataupun yang
dalam pagelaran wayang purwo ditampilkan sebagai mitos “Kresna Gugah”.
Tato Sugiarto menjelaskan: Wayang Purwo
warisan Wali Songo adalah “tontonan dan tuntunan” adiluhung yang cocok
dengan semua agama. Tampil sebagai seni budaya yang sarat dengan muatan
aneka ilmu pengetahuan.
Medium pendidikan massal ini dikemas sebagai total arts, yang
kehadirannya mewakili pagelaran seni makrifat atau meditative arts. Kini
wayang purwo telah melampaui batas wilayah Nusantara, lalu diakui
sebagai warisan dunia, yaitu sejak dinyatakan oleh UNESCO (PBB) sebagai “A Masterpiece of the Oral and Intangible heritage of Humanity” pada tgl 7 November 2003 di Paris Perancis.
Dalam ungkapan seorang aktifis urban
sufism di Jakarta, Rani Angraini, “karena di sinilah peradaban luhur
pertama umat manusia berawal, maka di sini pula peradaban umat manusia
bangkit kembali dan berakhir di penghujung zaman.” Wallahu ‘Alam bi shawab.
0 comments:
Catat Ulasan